Kisah menyentuh wanita yang telat menikah karena karir


Posted on 2016-01-07 18:39
Semua wanita ingin menikah, tetapi kapan waktunya, siapa yang tahu? Menikah adalah keputusan yang serius, tidak dapat diputuskan hanya dalam waktu semalam. Karena itu, diperlukan kesiapan di dalamnya.Beberapa orang merencanakan bahwa dia akan menikah di usia muda (sekitar 18 – 23 tahun). Sebagian lagi, merencanakan menikah di usia yang matang atau saat kehidupan ekonominya telah mapan. Ada berbagai pertimbangan untuk mengambil kapan waktu pernikahan terbaik.Berikut, ada kisah dan pengalamanseorang wanita yang memilih untuk menunda menikah dan lebihmemilih karir dibandingkan menikah yang dibagikan lewat akun Facebook Cirebon Tanpa Pacaran.Aku sudah lulus dari kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus. Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, akan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.Kemudian kesibukan kerja dan karir memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai berumur 34 tahun.Ketika itulah aku barumenyadari bagaimana susahnya terlambat menikah.Pada suatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya.Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.Setelah berlalu dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin.Aku segera menemuinya. Tiba-tibaia mengeluarkan photo copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada diKTP itu benar?Aku menjawab: Benar.Lalu ia berkata: Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!Aku menjawab: Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.Ibunya berkata lagi: Iya, sama saja.Usiamu sudah lewat 30 tahun.Ituartinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis.Sementaraaku ingin sekali menimang cucu.Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya.Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.Akupun pergi ke Mekah. Aku duduk menangis, berlutut di depanKa’bah. Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.Setelahselesai shalat, aku melihatseorang perempuan membaca al Qur’an dengan suara yang sangat merdu. Aku mendengarnya lagi mengulang-ulangayat:“Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar”. (An Nisa’: 113)Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.Tiba-tiba perempuan itu merangkulku ke pangkuannya. Dan ia mulai mengulang-ulangfirman Allah:“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu,sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)Demi Allah, seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumurhidupku. Pengaruhnya luar biasa, jiwaku menjadi tenang.Setelah seluruh ritual umrah selesai, aku kembali ke Cairo. Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun. Di ruang tunggu akubertemu suami salah seorang temanku. Kami bertanya kepadanya, dalam rangka apa ia datang ke bandara?Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yangkembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tumpangi. Hanya beberapa saat, tiba-tiba temannya itu datang. Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.Selanjutnya aku berlalu dengan ayahku…..Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara meneleponku. Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku. Diaingin bertemu dengankudi rumah temanku tersebut malamitu juga. Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadaptawaran suami temanku itu. Beliau menyemangatikuuntuk mendatanginya. Boleh jadi dengancara itu Allah memberiku jalan keluar.Akhirnya…..aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu. Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi.Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri. Jantungku betul-betulmendenyutkan harapan kebahagiaan.Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan. Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku. Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.Namunsudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku. Perasaanku mulai diliputi kecemasan. Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan. Aku khawatir kalau-kalau aku tidakbisa hamil.Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dia minta kepadaku untuk cek darah.Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikutnya, karena hasilnya sudah jelas. Langsung saja ia mengucapkan “Selamat, anda hamil!”Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya. Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung. Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokteritu menjawab: Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan. Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar. Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengansenyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan. Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah. Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.Aku dikagetkan dengan pernyataannya:“Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan. Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?Lalu ia menjawab sambil menenangkanku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 oranglaki-laki dan 1 orang perempuan.Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligusuntuk mengejar ketinggalanku danketuaan umurku.Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.Lantas aku menangis sambil mengulang-ulangayat Allah:“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu,sehingga engkau menjadi puas”. (Adh Dhuha: 5)Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:“Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami…” (Ath Thur: 48)Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menelantarkanmu. Bila artikel ini ada manfaatnya silahkandi-share.

Comments

Popular posts from this blog

Menyajikan Angka Dalam Ribuan atau Jutaan Pada Laporan Keuangan

Menampilkan Tombol Data Form Pada Ribbon Excel

12 LARANGAN PERANGKAT DESA